Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

vankimjempol.

Minggu, 12 Desember 2010

Indonesia : Segelintir Yang Kaya, Banyak Yang Minta-minta

Orang sering bilang: Indonesia kaya tapi rakyatnya miskin. Benarkah rakyat Indonesia miskin? Kalau kita baca Kompas edisi Selasa, 15 April 2008 di halaman 36 (wah, udah lama banget ya, tapi saya masih ingat), kita akan dibuat tercengang. Nilai penjualan mobil mewah yang berharga lebih dari Rp. 1 miliar,pada tahun 2007 menurut data Gaikindo, mencapai lebih dari 500 unit. Nilai total transaksi untuk 500 unit mobil mewah itu adalah Rp. 750 triliun. Wow...senilai dengan Anggaran Belanja Negara selama satu tahun, untuk seluruh rakyat Indonesia.
 
 
Di Jakarta saja, sekarang ini, orang yang memiliki mobil Sport Ferrari berjumlah lebih dari 100 orang. Harga mobil Ferrari berkisar antara Rp. 5 miliar sampai Rp. 17 miliar per-unit. Jika dipukul rata harga 7 miliar per-unit, berarti ada Rp. 700 miliar hanya dibelanjakan 100 unit mobil Ferarri-nya orang Jakarta.



Berarti tidak hanya bumi atau negara Indonesia yang kaya, orang-orangnya pun kaya-raya. Karena itu mall berdiri di mana-mana, perusahaan properti atau rumah juga terus meraup untung, penjualan mobil terus meningkat, termasuk motor dan pakaian sehari-hari. Bayangkan dalam satu tahun, ada 500 orang yang mampu membelanjakan uang lebih dari Rp. 750 triliun. Angka yang fantastis.

Tetapi jika kita terjun ke dalam masyarakat, ada sesuatu yang lain yang kita temui. Entah itu di tempat-tempat peribadatan, misalnya masjid-masjid yang besar, atau juga lewat di banyak perempatan lampu merah, di beberapa kota masih bisa kita temui tidak sedikit orang yang meminta-minta. Meskipun razia terus dilakukan, tapi tetap masih bisa kita temui beberapa yang sudah tua renta, ada yang sambil menggendong anak, ada juga kakek-kakek, atau anak-anak kecil yang kelihatan gembel.

"Mereka bukan orang miskin, tetapi orang yang menjadikan kemiskinan sebagai alasan untuk meminta-minta", kata teman saya yang tidak berminat memberi sedekah ke mereka.
Orang yang bersikap seperti teman saya ini tidak sedikit. Ia memilih tidak bersedekah, dengan alasan akan memanjakan mereka dan membuat mereka tetap malas.

Tetapi ada orang yang berpikir sebaliknya. "Kita kasihlah mereka, paling-paling juga lima ratus atau seribu dari uang kita, setidaknya untuk mereka makan hari ini, dan juga tidak besar kok yang kita keluarkan".



Apapun komentar orang terhadap peminta-minta, yang jelas tidak ada pekerjaan yang layak bagi mereka, selain meminta-minta. Terutama mereka yang tua renta, kemungkinan besar alasannya adalah karena kemiskinan, tidak ada kesempatan pekerjaan dan tidak ada jaminan dari negara.

Nampaknya siapapun kita, sedikit banyak ikut andil atas keberadaan kedua fakta di atas. Kita terkadang bangga mempertontonkan keberadaan sosial dan kekayaan yang kita miliki. Melalui baju yang dipakai, kendaraan yang dinaiki dan makanan yang disantap. Kita senang makan di tempat mewah yang transparan, dapat ditonton banyak orang. Atau paling tidak kita menyenangi tontonan kekayaan itu setiap hari ditelevisi. Ini bisa memicu orang lain untuk berbuat hal yang sama. Mengumpulkan dan mempertontonkan kekayaan pula. Bahkan jika ada kesempatan, mungkin memperolehnya dengan korupsi, mencuri, atau paling tidak akan meminta-minta, bahkan mungkin bisa bunuh diri kalau sampai kebutuhan yang paling dasar tidak terpenuhi. Kita harus mawas diri, siapakah kita, dan apa yang telah kita lakukan?



Jika bertemu mereka yang minta-minta, jika kita merasa lebih baik dari mereka, selayaknya kita bersyukur, bersedekahlah.

"Bahwa di dalam harta mereka itu, ada hak bagi peminta-peminta dan orang miskin yang tidak beruntung"

Kita memberikan sesuatu kepada mereka, janganlah diikuti dengan kata-kata mengumpat, marah, cemberut, atau perasaan kesal. Jika kita tidak ingin bersedekah karena alasan tertentu untuk mereka, hendaklah berkata baik atau diam saja. Kalau pun mereka itu korban sindikat yang memanfaatkan mereka untuk minta-minta, kita tidak perlu menyalahkan mereka.

Kita mungkin tidak nyaman dengan keberadaan mereka. Tetapi bisa jadi, karena merekalah kita diberi rizki. Minimal karena mereka orang-orang yang miskin dan kelaparan itu, tidak melakukan kekerasan kepada kita, tidak mencuri, tidak merampas, atau merampok kita. Sehingga kita tetap dengan rizki yang kita miliki.

Bukankah kita bisa disebut orang kaya, karena ada orang miskin?