Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

vankimjempol.

Minggu, 12 Desember 2010

Mencari Peluang di Jalan Yang Berbeda

Meski lebaran udah lewat, namun suasananya masih terasa. Begitupun dengan tradisi saling memaafkan di antara sesama masih berlangsung, semoga saja suasana seperti ini gak akan berlalu begitu saja ketika kita menapaki bulan-bulan mendatang.

Jalan-jalan masih dipenuhi oleh arus para pemudik yang melakukan “arus balik mudik". Mereka bersiap-siap menyongsong kembali kegiatan mereka masing-masing. Yang sekolah, masih masa liburan, namun sudah bersiap-siap untuk “back to school”. Sementara yang bekerja, ada yang sudah mulai melakukan aktivitas di kantor, ada juga yang belum. Sementara aku sendiri, disela-sela pekerjaanku yang numpuk akibat ditinggal liburan, masih menyempatkan diri untuk posting.
Aku buka email yang masuk, banyak sekali ucapan lebaran yang aku dapat dari sobat-sobatku. Namun, ada satu email yang udah lama banget ternyata belum aku baca sama sekali. Wah, email dari sobat lamaku! Dia mengirim sebuah kisah motivasi yang unik namun inti dari kisah itu sangat mendalam. Di postingan kali ini aku akan berbagi kisah yang aku dapat itu pada kalian semua.

Kisah Semut dan Lalat


Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.

Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah tertutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?”

“Oh .., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”

Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah sosok yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”

“Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda.”

Setelah mendapat penjelasan itu, si semut kecil akhirnya mengerti.

***

Nah, gimana? Unik kan?
Jangan sampe kita menjadi seekor lalat bodoh yang mati sia-sia, hanya karena kita melakukan usaha yang setengah-setengah. Atau tidak melihat peluang lain yang mungkin akan menjadi sebuah pilihan tepat atas usaha yang sudah kita lakukan.